Penaklukan Konstantinopel Oleh Muhammad Al-Fatih (1453 M)



Kalau ada sosok yang ditunggu-tunggu kedatangannya sepanjang sejarah Islam, dimana setiap orang ingin menjadi sosok itu, maka dia adalah sang penakluk Konstantinopel. Bahkan para shahabat Nabi sendiri pun berebutan ingin menjadi orang yang diceritakan Nabi SAW dalam sabdanya.

Betapa tidak, beliau Nabi SAW memang betul-betul memuji sosok itu. Beliau bersabda “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335].

Dari Abu Qubail berkata: Ketika kita sedang bersama Abdullah bin Amr bin al-Ash, dia ditanya: Kota manakah yang akan dibuka terlebih dahulu; Konstantinopel atau Rumiyah (Roma)? Abdullah meminta kotak dengan lingkaran-lingkaran miliknya. Kemudian dia mengeluarkan kitab. Abdullah berkata: Ketika kita sedang menulis di sekitar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau ditanya: Dua kota ini manakah yang dibuka lebih dulu: Konstantinopel atau Rumiyah/Roma? Rasul menjawab, “Kota Heraklius dibuka lebih dahulu.” Yaitu: Konstantinopel. (HR. Ahmad, ad-Darimi, Ibnu Abi Syaibah dan al-Hakim)

Hadits ini dishahihkan oleh al-Hakim. Adz-Dzahabi sepakat dengan al-Hakim. Sementara Abdul Ghani al-Maqdisi berkata: Hadits ini hasan sanadnya.

Sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di hadapan para Shahabatnya empat belas abad yang lalu. Delapan abad setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata demikian, apa yang beliau kabarkan benar-benar terjadi. Benteng Konstantinopel yang terkenal kuat dan tangguh itu, akhirnya takluk di tangan kaum muslimin. Para Ulama’, di antaranya Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyebutkan, “Di antara Dalaa’il Nubuwwah atau tanda-tanda kenabian Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam adalah sabda beliau yang menceritakan kejadian-kejadian yang akan terjadi di masa depan.” (1)

Berikut sebuah kisah sejarah tentang umat islam yang jauh sebelumnya telah dijanjikan dalam Hadits Nabi Muhammad SAW. Dan terbukti setelah 8 abad kemudian, inilah salah satu mukjizat Rasulullah SAW.

Ada dua kota yang disebut dalam nubuwwat nabi di hadits tersebut:

1. Konstantinopel


Kota yang hari ini dikenal dengan nama Istambul, Turki. Dulunya berada di bawah kekuasaan Byzantium yang beragama Kristen Ortodoks. Tahun 857 H / 1453 M, kota dengan benteng legendaris tak tertembus akhirnya runtuh di tangan Sultan Muhammad al-Fatih, sultan ke-7 Turki Utsmani.

Konstantinopel, adalah salah satu bandar terkenal di dunia. Semenjak kota ini didirikan oleh maharaja Bizantium yakni Constantine I, ia sudah menyita perhatian masyarakat dunia saat itu; selain karena faktor wilayahnya yang luas, besar bangunannya, kemegahan dan keindahan arsitekturnya, Konstantinopel juga memiliki kedudukan yang strategis. Hal ini yang membuatnya juga mempunyai tempat istimewa ketika umat Islam memulai perkembangannya di masa Kekaisaran Bizantium. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan kabar gembira tentang penguasaan kota ini ke tangan umat Islam, seperti dinyatakan oleh beliau dalam hadistnya.

Dibalik kemegahan Kota ini, Konstantinopel juga dikenal memiliki pertahanan militer yang terkenal kuat. Benteng raksasa yang berdiri kokoh, disertai para prajurit yang siap dengan berbagai macam senjatanya, selalu siap menyambut setiap pasukan yang hendak menyerang benteng ini. Tidak ketinggalan, galian parit yang besar membentang mengitari benteng ini, semakin menambah kesan bahwa kota ini mustahil ditaklukkan. Cukuplah kegagalan-kegagalan ekspedisi jihad umat Islam sebelumnya untuk menguasai kota ini, sebagai bukti akan ketangguhan pertahanannya. (2)
2. Rumiyah

Dalam kitab Mu’jam al-Buldan dijelaskan bahwa Rumiyah yang dimaksud adalah ibukota Italia hari ini, yaitu Roma

Kontantinopel telah dibuka 8 Abad setelah Rasulullah menjanjikan nubuwwat tersebut. Tetapi Roma, hingga hari ini belum kunjung terlihat bisa dibuka oleh muslimin. Ini menguatkan pernyataan Nabi dalam hadits di atas. Bahwa muslimin akan membuka Konstantinopel lebih dulu, baru Roma.

Itu artinya, sudah 15 Abad sejak Rasul menyampaikan nubuwwatnya tentang penaklukan Roma, hingga kini belum juga Roma jatuh ke tangan muslimin.

Setiap pahlawan Islam selalu bercita-cita untuk menjadi orang yang dimaksud Rasulullah saw dalam haditsnya sebagai panglima yang terbaik dan tentaranya tentara yang terbaik dan membebaskan Konstantinopel agar terbebas dari kekuasaan Romawi.

Sudah sejak Rasulullah saw masih hidup, beliau sudah berupaya menjadikan penguasa di Konstatinopel menjadi muslim. Selembar surat ajakan masuk Islam dari nabi SAW telah diterima Kaisar Heraklius di kota ini.

Dari Muhammad utusan Allah kepada Heraklius raja Romawi.

Bismillahirrahmanirrahim, salamun ‘ala manittaba’al-huda, Amma ba’du,

“Sesungguhnya Aku mengajak anda untuk memeluk agama Islam. Masuk Islamlah Anda akan selamat dan Allah akan memberikan Anda dua pahala. Tapi kalau Anda menolak, Anda harus menanggung dosa orang-orang Aritsiyyin.”


Dikabarkan bahwa saat menerima surat ajakan masuk Islam itu, Kaisar Heraklius cukup menghormati dan membalas dengan mengirim hadiah penghormatan. Namun dia mengakui bahwa dirinya belum siap untuk memeluk Islam.

Kota benteng

Kekaisaran Romawi terpecah dua, Katholik Roma di Vatikan dan Yunani Orthodoks di Byzantium. Perpecahan tersebut sebagai buntut dari konflik gereja meskipun dunia masih tetap mengakui keduanya sebagai pusat peradaban kristen. Constantine The Great memilih kota di selat Bosphorus tersebut sebagai ibukota, dengan alasan strategis karena berada di perbatasan Eropa dan Asia, baik di darat karena dilalui Jalur Sutera maupun di laut karena berada diantara Laut Tengah dengan Laut Hitam dan dianggap sebagai titik terbaik sebagai pusat kebudayaan dunia, setidaknya pada kondisi geopolitik saat itu.
Banyak bangsa mengincar kota ini untuk dikuasai diantaranya bangsa Gothik, Avars, Persia, Bulgar, Rusia, Khazah, Arab-Muslim dan Pasukan Salib meskipun misi awalnya adalah menguasai Jerusalem. Arab-Muslim terdorong ingin menguasai Byzantium tidak hanya karena nilai strategisnya, tapi juga atas kepercayaan kepada ramalan Rasulullah SAW melalui riwayat Hadits di atas.

Sayangnya, prestasi yang satu itu, yaitu menaklukkan kota kebanggaan bangsa Romawi, Konstantinopel, tidak pernah ada yang mampu melakukannya. Tidak dari kalangan sahabat, tidak juga dari kalangan tabi`in, tidak juga dari kalangan khilafah Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah.

Di masa sahabat, memang pasukan muslim sudah sangat dekat dengan kota itu, bahkan salah satu anggota pasukannya dikuburkan di seberang pantainya, yaitu Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahuanhu. Tetapi tetap saja kota itu belum pernah jatuh ke tangan umat Islam sampai 800 tahun lamanya.

Konstantinopel memang sebuah kota yang sangat kuat, dan hanya sosok yang kuat pula yang dapat menaklukkannya. Sepanjang sejarah kota itu menjadi kota pusat peradaban barat, dimana Kaisar Heraklius bertahta. Kaisar Heraklius adalah penguasa Romawi yang hidup di zaman Nabi SAW, bahkan pernah menerima langsung surat Ajakan masuk Islam dari beliau SAW.

Ajakan Nabi SAW kepada sang kaisar memang tidak lantas disambut dengan masuk Islam. Kaisar dengan santun memang menolak masuk Islam, namun juga tidak bermusuhan, atau setidaknya tidak mengajak kepada peperangan.

Konstantinopel merupakan salah satu kota terpenting di dunia, kota yang sekaligus benteng ini dibangun pada tahun 330 M oleh Kaisar Byzantium yaitu Constantine I. Konstaninopel memiliki posisi yang sangat penting di mata dunia. Sejak didirikannya, pemerintahan Byzantium telah menjadikannya sebagai ibukota pemerintahan Byzantium. Konstantinopel merupakan salah satu kota terbesar dan benteng terkuat di dunia saat itu, dikelilingi lautan dari tiga sisi sekaligus, yaitu selat Bosphorus, Laut Marmarah dan Tanduk Emas (golden horn) yang dijaga dengan rantai yang sangat besar, hingga tidak memungkinkan untuk masuknya kapal musuh ke dalamnya. Di samping itu, dari daratan juga dijaga dengan pagar-pagar sangat kokoh yang terbentang dari laut Marmarah sampai Tanduk Emas. Memiliki satu menara dengan ketinggian 60 kaki, benteng-benteng tinggi yang pagar bagian luarnya saja memiliki ketinggian 25 kaki, selain tower-tower pemantau yang terpencar dan dipenuhi tentara pengawas. Dari segi kekuatan militer, kota ini dianggap sebagai kota yang paling aman dan terlindungi, karena di dalamnya ada pagar-pagar pengaman, benteng-benteng yang kuat dan perlindungan secara alami. dengan demikian, maka sangat sulit untuk bisa diserang apalagi ditaklukkan.
Kedudukan Konstantinopel yang strategis diillustrasikan oleh Napoleon Bonaparte; “…..kalaulah dunia ini sebuah negara, maka Konstantinopel inilah yang paling layak menjadi ibukota negaranya!“.

Biografi Singkat

Sultan Mehmed II atau juga dikenal sebagai Muhammad Al-Fatih (bahasa Turki Ottoman: م *مد ثانى Mehmed-i sānī, bahasa Turki: II. Mehmet, juga dikenal sebagai el-Fatih (الفات *), "sang Penakluk", dalam bahasa Turki Usmani, atau, Fatih Sultan Mehmet dalam bahasa Turki;

Sultan Muhammad Tsaniy atau yang lebih dikenal dengan Sultan Muhammad Al Fatih, dilahirkan pada tanggal 26 Rajab tahun 833 H, bertepatan dengan tanggal 20 April 1429 M. Beliau menghabiskan masa kecilnya di kota Adrenah. Ayah beliau, betul-betul mendidik beliau agar menjadi seorang pemimpin kuat lagi saleh. Sultan Murad II melatih dan mendidik anaknya itu dari segala segi. Dalam bidang kesatriaan, beliau dilatih seni berpedang, memanah, dan keterampilan mengendarai kuda. Tidak kalah penting, dalam bidang keagamaan, Ayah beliau mendatangkan beberapa Ulama’ pilihan di zamannya untuk mendidik agama beliau, di antaranya adalah Syekh Ahmad bin Ismail Al-Kuroniy, seorang pakar fikih yang juga memiliki pengetahuan yang dalam dalam bidang ilmu Nahwu, Ma’ani, dan Bayan. Beliau adalah seorang ulama’ yang diakui keilmuannya oleh para ulama’ lainnya yang hidup di masanya. Bahkan Muhammad al-Fatih menyebutnya sebagai “Abu Hanifah zamannya”. Di samping itu, Muhammad al-fatih juga mewarisi sikap pemberani dan tidak mudah putus asa dari ayahnya. Beliau mempelajari ilmu perang, strategi pertempuran, teknik mengepung kota dan beberapa wawasan kemiliteran lainnya. Muhammad al-Fatih juga gemar mempelajari sejarah Islam mulai dari zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hingga zaman beliau hidup saat itu, kisah sejarah yang dipenuhi kisah-kisah kepahlawanan dan kesatriaan para pahlawan Islam. Hal-hal yang kelak mendukung langkah beliau dalam pertempuran untuk menaklukkan benteng Konstantinopel.

Muhammad al-Fatih pun tumbuh menjadi seorang pemuda yang perkasa dan saleh di bawah didikan ayah dan guru-gurunya. Tinggi badannya sedang-sedang saja, namun anggota tubuh beliau menceritakan keperkasaannya. Muhammad al-Fatih sangat mahir mengendarai kuda dan pandai memainkan senjata. Beliau dikenal sebagai sosok yang pemberani, adil dalam memutuskan perkara, dalam pengetahuan agama dan sastranya, zuhud lagi wara’ terhadap dunia, serta memiliki pandangan ke depan yang tajam. Sang penakluk Konstantinopel ini juga sangat rajin beribadah. Beliau jarang sekali shalat kecuali di Masjid Jami’. Beliau juga dikenal sebagai penguasa yang dekat dengan Ulama’. (3)

Semenjak kecil, Sultan Muhammad telah mengamati upaya-upaya ayahnya, Sultan Murad II, untuk menaklukkan Konstantinopel. Beliau juga mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat dalam dirinya untuk meneruskan cita-cita umat Islam. Ketika beliau naik tahta -pada usia yang sangat muda- menggantikan ayahnya pada tahun 855 H, beliau mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menaklukkan Konstantinopel. (4)

Lambang Kekhalifahan

Beliau merupakan seorang sultan Turki Utsmani yang menaklukkan Kekaisaran Romawi Timur. Mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan, sains, matematika & menguasai 7 bahasa yaitu Bahasa Arab, Latin, Yunani, Serbia, Turki, Persia dan Israil. Beliau tidak pernah meninggalkan Shalat fardhu, Shalat Sunat Rawatib dan Shalat Tahajjud sejak baligh. Beliau wafat pada 3 Mei 1481 kerana sakit gout sewaktu dalam perjalanan jihad menuju pusat Imperium Romawi Barat di Roma, Italia. Dari sudut pandang Islam, ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang hebat, pilih tanding, dan tawadhu'' setelah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (pahlawan Islam dalam perang Salib) dan Sultan Saifuddin Mahmud Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di ''Ain Al-Jalut" melawan tentara Mongol).

Usaha Sultan dalam Menaklukan Konstantinopel
 
Istanbul atau yang dulu dikenal sebagai Konstantinopel, adalah salah satu bandar termasyhur dunia. Bandar ini tercatat dalam tinta emas sejarah Islam khususnya pada masa Kesultanan Utsmaniyah, ketika meluaskan wilayah sekaligus melebarkan pengaruh Islam di banyak negara. Bandar ini didirikan tahun 330 M oleh Maharaja Bizantium yakni Constantine I. Kedudukannya yang strategis, membuatnya punya tempat istimewa ketika umat Islam memulai pertumbuhan di masa Kekaisaran Bizantium. Rasulullah Shallallahu ''Alaihi Wasallam juga telah beberapa kali memberikan kabar gembira tentang penguasaan kota ini ke tangan umat Islam seperti dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu ''Alaihi Wasallam pada perang Khandaq.

Keseriusan para Sahabat, para Khalifah serta para Sulthan dalam menaklukkan Konstantinopel. Ketika para sahabat mendengar langsung dari bibir mulia Rasulullah Muhammad SAW pada saat perang Khandaq tentang akan ditaklukkannya Kota Konstantinopel seperti tertera pada nukilan hadits diatas, para Sahabat mafhum, merasa sangat bersemangat dan kemudian berlomba-lomba dengan diiringi gemuruh kerinduan yang ada pada dada-dada mereka bersegera merealisasikan janji Allah dan RasulNya untuk mengambil bagian dalam upayanya menaklukkan Konstantinopel. Sebagai salah satu bukti adalah Syahidnya salah seorang Sahabat Rasulullah SAW yang bernama Abu Ayyub Al Anshori (ridho Allah senantiasa menyertainya) dipinggir kota Konstantinopel pada masa pemerintahan Khalifah Muawwiyah bin Abi Sofyan dalam rangka menaklukkan benteng sekaligus kota terkuat, yang konon sangat sulit untuk ditaklukkan oleh negara manapun di dunia saat itu.
Usaha pertama untuk mengepung Konstantinopel dilakukan pada tahun 34 H. / 654 M. pada masa pemerintahan Usman bin Affan. Dia mengirimkan Muawiyah bin Abu Sofyan r.a. dengan pasukan yang besar untuk mengepung dan menaklukkannya. Tetapi mereka pulang dengan tangan hampa disebabkan oleh kokohnya pertahanan Konstantinopel.

Pada masa Bani Umayah tercatat 2 serangan penting yang dilancarkan :

Pujian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada raja dan tentara yang berhasil menaklukkan Konstantinopel, benar-benar melecut semangat jihad para pemimpin serta mujahidin yang hidup setelah beliau.

Pertama Adalah pada masa Khalifah Muawwiyah bin Abi Sofyan pada tahun 44 H di bawah komando anaknya Yazid. Beliaulah “peletak batu pertama” pada proyek agung penaklukkan kota Konstantinopel. Turut serta dalam pasukan ini Abu Ayyub al-Anshari, seorang shahabat Rasulullah yang pemberani. Namun usaha ini menemui kegagalan. Abu Ayyub al-Anshari akhirnya gugur ketika mengikuti pertempuran ini. Sebelum beliau wafat, beliau sempat berpesan kepada panglima Bani Umayyah; jika ia wafat, ia ingin sekali dikuburkan di bawah tembok benteng Konstantinopel (Jika wafat ia meminta jasadnya dimakamkan di titik terjauh yang bisa dicapai oleh kaum muslim.). Pasukan muslimin pun menjalankan wasiat beliau; mereka menyerbu musuh sambil membawa jasad Abu Ayyub al-Anshari, hingga ketika mereka sampai ke tembok benteng Konstantinopel, para mujahidin menggali lobang, dan menguburkan beliau di situ, sesuai permintaan terakhir beliau (5).

Kedua: adalah yang dilakukan pada masa Sulthan Sulaiman bin Abdul Malik tahun 98 H . Pada saat itu dia mengirimkan pasukan tentara sejumlah 20.000 orang dan sekitar seratus perahu untuk mengepung dan menaklukkan Konstantinopel. Pengepungan Konstantinopel berlangsung berbulan bulan dengan pasukan yang dalam kondisi kelaparan yang mengenaskan karena keinginan kuat sang khalifah dalam menaklukkan Konstantinopel. Tetapi usaha itu belum juga berhasil akibat suhu udara yang sangat dingin. Pasukan itu kemudian ditarik mundur oleh Umar bin Abdul Aziz setelah dirinya menggantikan Sulaiman bin Abdul Malik yang mangkat pada saat tentara masih berada di medan pertempuran.


Upaya yang sama juga dilakukan pada zaman Khalifah Umayyah. Di zaman Khalifah Abbasiyyah, misi yang sama juga di lakukan namun belum menuai kesuksesan, termasuk di zaman Khalifah Harun Arrasyid. Setelah kejatuhan Baghdad 656 H, usaha menawan Konstantinopel diteruskan oleh kerajaan-kerajaan kecil di Asia Timur terutama kerajaan Seljuk. Pemimpinnya Alp Arselan berhasil mengalahkan Kaisar Roma, Dimonus, pada tahun 463 H. Akibatnya sebagian besar wilayah kekaisaran Roma takluk di bawah pengaruh Islam Seljuk. Beberapa usaha untuk menaklukkan Konstantinopel juga dilakukan oleh para pemimpin Daulah Utsmaniyyah. Sultan Murad II juga pernah melakukan beberapa kali pengepungan ke benteng tersebut, namun belum menuai hasil. Hingga akhirnya Allah subhanahu wa ta’ala mewujudkan impian kaum muslimin untuk menaklukkan benteng tersebut melalui tangan pemimpin ke-7 Daulah Utsmaniyyah yang terkenal akan kesalehan dan ketakwaannya kepada Allah. Dikisahkan bahwa tentaranya tidak pernah meninggalkan shalat wajib sejak baligh dan separuh dari mereka tidak pernah meninggalkan solat tahajjud sejak baligh. Sang Sultan sendiri tidak pernah meninggalkan solat wajib, tahajjud dan rawatib sejak baligh hingga saat kematiannya.

Di samping ketakwaan Sultan dan tentaranya kepada Allah, mereka memiliki semangat jihad yang tinggi, pantang menyerah, dan tidak takut mati. Mereka juga berhasil memainkan taktik perang yang luar biasa. Untuk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia, Sultan dan pasukannya bisa membuat kapal-kapal laut berjalan di atas daratan. Rute darat yang dilalui kapal-kapal Turki bukanlah rute yang mudah. Selain harus melewati jalan yang terjal, jarak yang harus ditempuh pun tidak pendek.(6)

Ottoman Siege : Pasukan Turki Utsmani yang sangat canggih di zamannya dengan teknologi Meriam Terbesar di zamannya
Di masa khilafahan Abbasiyah berlangsung serangan yang demikian intensif ke Byzantium, namun demikian usaha ini belum sampai menyentuh Konstantinopel walaupun serangan itu telah menimbulkan gejolak di dalam negeri Byzantium, khususnya serangan yang dilakukan oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid pada tahun 190 H. Setelah itu upaya penaklukan Konstantinopel dilanjutkan oleh Kesultanan Islam Saljuk di Asia Kecil; seperti Sulthan Alib Arsalan yang telah berhasil mengalahkan tentara Kaisar Rumanos dari Romawi dengan pasukannya yang berjumlah kurang lebih 200.000 personil hanya dengan tentara Islam sejumlah 15.000 personil dalam Perang Manzikart pada tahun 464 H/1070 M. Kemenangan Spektakuler ini merupakan titik perubahan penting dalam sejarah Islam. Sebab peristiwa ini telah melemahkan pengaruh Romawi di Asia Kecil yang tak lain adalah wilayah-wilayah strategis kekaisaran Byzantium.

Ketika kekhilafahan Abbasiyah yang beribukota di Baghdad dihancurkan oleh serbuan pasukan Mongolia, muncullah Utsman peletak dasar Kekhilafahan Utsmaniyah. Dengan kekuasaan yang baru lahir dia telah berhasil menembus laut Marmarah, dengan bala tentaranya dia berhasil membayangi dua kota utama Byzantium kala itu yakni Azniq dan Burshah. Setelah wafatnya Utsman, Khalifah penggantinya Orkhan melanjutkan misi pendahulunya. Tahun 727H/1327M Nicomedia sebuah kota yang berada di barat laut Asia kecil dekat kota Konstantinopel berhasil ditaklukan.

Sulthan Orkhan sangat peduli untuk merealisasikan apa yang pernah dikabarkan oleh Rasulullah SAW tentang akan ditaklukkannya Konstantinopel. Dia telah melakukan langkah-langkah strategis untuk melakukan pengepungan terhadap ibukota Byzantium dari sebelah barat dan timur pada saat yang bersamaan, agar bisa merealisasikannya, dia mengirim anaknya yang bernama Sulaiman untuk melintasi selat Dardanela dan memerintahkannya agar menguasai beberapa wilayah di sebelah barat. Tahun 758 H Sulaiman berhasil menyeberangi selat Dardanil pada malam hari bersama pasukan kavaleri, tatkala sampai di tepi barat, mereka berhasil mengambil alih beberapa kapal milik tentara Romawi yang sedang berada ditempat itu, lalu mereka membawa kapal–kapal ke tepi timur, mengingat tentara Utsmani belum memiliki armada laut sebab kekuasaan mereka baru saja berdiri. Di tepi timur inilah, Sulaiman memerintahkan pasukannya untuk menaiki kapal-kapal itu yang membawa mereka ke pantai Eropa. Mereka mampu menaklukkan benteng Tarnab, dilanjutkan ke Ghalmabuli yang di dalamnya ada benteng Jana dan Apsala serta Rodestu, semuanya berada di selat Dardanela yang berada diutara dan selatan.

Dengan begitu Sulthan Orkhan telah melakukan sebuah langkah penting dan membuka jalan bagi pemimpin yang datang setelahnya untuk menaklukkan Konstantinopel. Di Eropa, tentara Utsmani melakukan futuhat (penaklukan) di wilayah-wilayah yang dikuasai oleh Byzantium. Pada tahun 762 H/1360 M, Sulthan Murad I mengusai Adrianopel (Edirne), sebuah kota yang sangat strategis di Balkan dan dianggap sebagai kota kedua setelah Konstantinopel oleh Byzantium. Dia menjadikan kota ini sebagai ibukota pemerintahannya sejak tahun 768 H/1366 M. Pada masa kepemimpinan Sulthan Bayazid I terjadi pengepungan Konstantinopel dengan pasukan yang dipimpinnya sendiri hingga membuat Konstantinopel hampir menemui keruntuhannya. Namun karena munculnya sebuah bahaya baru (Timur Lenk dari Mongolia) yang mengancam pemerintahan Utsmani akhirnya Sulthan Bayazid menarik mundur pengepungan tersebut.

Pada masa pemerintahan Sulthan Murad II beberapakali usaha penaklukkan Kota Konstantinopel dilakukan. Bahkan di masanya pasukan Islam beberapa kali mengepung kota ini. Adalah Sulthan Muhammad II, putera Sulthan Murad II yang melanjutkan penaklukkan Konstantinopel baik dari ayahnya maupun pendahulunya, dalam rangka penaklukan konstantinopel dia berusaha untuk memperkuat kekuatan militer Utsmani dari segi kuantitas hingga mencapai 250.000 personil. Selain membekali pasukan dengan kemampuan tempur dia juga menanamkan semangat Jihad. Sulthan selalu mengingatkan mereka akan pujian Rasulullah pada pasukan yang mampu membuka Kota Konstantinopel. Dia selalu berharap, tentara yang dimaksud Rasulullah adalah tentaranya. Hal ini memberikan dorongan moral serta ruhiyyah yang sangat kuat dan tiada tara di seluruh benak pasukannya. Selain itu ia juga memperkuat infrastruktur angkatan bersenjata dan modernisasi peralatan tempur, dengan membangun benteng Romali Hisyar di wilayah selatan Eropa di selat Bosphorus pada sebuah titik yang paling strategis yang berhadapan dengan benteng yang pernah dibangun pendahulunya yaitu Sulthan Bayazid di daratan Asia. Meski sempat dihalangi oleh Kaisar Romawi dengan ganti uang yang akan dibayarkan pada sulthan, Sulthan tetap menolak dengan tegas. Hingga akhirnya selesailah satu benteng yang demikian tinggi dan sangat aman. Tingginya sekitar 82 meter. Beliau juga menyiapkan meriam-meriam yang berukuran sangat besar dalam penaklukan kali ini. Dalam Hal ini, Sulthan membebaskan tawanan insinyur ahli pembuat meriam yang bernama Orban dari penjara Konstantinopel, jadilah Meriam yang sangat besar (meriam Sulthan Muhammad) memiliki bobot puluhan ton dan membutuhkan bantuan lembu untuk menariknya.

Midfa’ Sulthoniy, meriam raksasa penggetar Konstantinopel.


Persiapan Sultan Muhammad al-Fatih juga tidak kalah matang dari musuhnya untuk menggempur mereka. Sultan mengambil tindakan untuk menguasai semua perkampungan yang ada di sekitar benteng Konstantinopel. Hal ini berakibat putusnya jalur komunikasi antara Konstantinopel dengan Negara-negara lain. Selain itu, semangat jihad para pasukan Sultan juga semakin menggelora. Mereka ingin segera berperang untuk meninggikan agama Islam, meraih syahid di jalan Allah, serta pahala yang besar dari sang pencipta. Para Ulama’ juga tidak ketinggalan berada di tengah-tengah pasukan untuk membakar semangat jihad mereka.

Di tengah upaya Sultan Muhammad al-Fatih mematangkan persiapan pasukannya untuk berperang, secara tidak di sangka-sangka datang seorang ahli pembuat meriam dari kota Konstantinopel menawarkan jasa keahliannya membuat meriam kepada Sultan Muhammad al-Fatih. Sebelumnya lelaki ini bekerja untuk Konstantinopel. Namun karena penguasa Konstantinopel tidak kunjung membayar upah yang dijanjikan sebelumnya kepadanya, ia akhirnya membelot dan menawarkan jasanya kepada Sultan. Bak mendapat durian runtuh, Sultan Muhammad langsung menyambut tawaran emas dari sang ahli pembuat meriam ini. Sultan memberinya banyak harta dan fasilitas lengkap kepadanya untuk segera memulai pekerjaannya. Proyek besar ini sendiri dibantu oleh para arsitek senjata asal Turki dan pengawasannya dibawahi langsung oleh Sultan sendiri.

Selang tiga bulan kemudian, ahli pembuat meriam ini sukses menyelesaikan penggarapan sejumlah meriam untuk memperkuat pasukan militer Sultan. Di antaranya terdapat sebuah meriam raksasa yang belum pernah dibuat sebelumnya di muka bumi ini. Beratnya sekitar tujuh ratus ton. Peluru meriamnya juga memiliki ukuran yang sangat besar. Diperlukan seratus ekor kerbau ditambah seratus orang laki-laki yang kuat untuk menarik atau memindahkan meriam ini dari satu tempat ke yang tempat lain. Meriam ini akhirnya kondang dengan nama Midfa’ Sulthoniy atau meriam sang Sultan.

Sebelum uji coba meriam raksasa ini dilangsungkan, Sultan terlebih dahulu memperingatkan warganya agar tidak terkejut dengan kerasnya suara tembakannya. Ketika diuji coba, suara dentumannya terdengar hingga jarak tiga belas mil jauhnya. Peluru meriam tersebut akhirnya jatuh dan membuat lubang sedalam enam kaki. Sungguh luar biasa! Sultan gembira sekali setelah mengetahui hasil yang memuaskan dari uji coba meriam ini. Kemampuan meriam ini semakin menambah rasa percaya diri Sultan Muhammad Tsaniy dan pasukannya untuk menaklukkan benteng Konstantinopel. Sultan juga tidak lupa memberi bonus kepada sang ahli atas jerih payahnya yang telah mengarsiteki pembuatan meriam raksasa ini. (7)

Meriam Sultan Muhammad yang tersimpan di Museum Nasional Turki

Spesifikasi Meriam Sultan Muhammad

Dibuat tahun 1453 di Hongaria dan digunakan bangsa Turki untuk merebut Konstantinopel, mereka membuat shok pembuatnya dengan tidak disangka melakukan apa yang telah mereka telah rencanakan yaitu mengirim 1500 pon bola granit ke siapa saja dimana moncong meriam ini diarahkan.

Sebelum serangan dilancarkan, Sultan Muhammad II telah mengadakan perjanjian dengan kerajaan yang berbatasan langsung dengan konstantinopel diantaranya ialah perjanjian yang dibuat dengan kerajaan Galata yang bersebelahan dengan Byzantine. Ini merupakan strategi yang penting supaya seluruh tenaga dapat difokuskan kepada musuh yang satu tanpa ada ancaman lain yang tidak terduga.

Selain itu, dalam mempersiapkan penaklukan kota Konstantinopel, Sulthan juga memperkuat armada laut Utsmani mengingat Konstantinopel adalah sebuah kota laut, yang tidak mungkin bisa dikepung kecuali dengan menggunakan armada laut. Disebutkan bahwa kapal perang yang telah dipersiapkan berjumlah 400 unit. Meriam-meriam besar telah digerakkan dari Adrianopel menuju Konstantinopel dalam jangka waktu dua bulan.

Keseriusan Sultan Muhammad II telah mendorong Kaisar Byzantium berusaha mendapatkan pertolongan dari negara-negara Eropa. Beliau memohon pertolongan dari gereja Katholik roma, sedangkan ketika itu semua gereja di Kostantinopel menjadi beraliran Orthodoks. Demi mendapatkan bantuan, Constantine XI Paleologus setuju untuk menukar aliran di kostantinopel demi menyatukan kedua aliran yang saling bermusuh itu. Perwakilan dari Eropa telah tiba di konstantinopel untuk tujuan tersebut. Constantine XI berpidato di Gereja Aya Sofya menyatakan ketundukan Byzantium kepada Katholik Roma. Hal ini telah menimbulkan kemarahan penduduk Kostantinopel yang beraliran Orthodoks. Sehingga ada di antara pemimpin Orthodoks berkata, “Sesungguhnya aku lebih rela melihat di bumi Byzantine ini sorban orang Turki (muslim) daripada aku melihat topi Latin!” Situasi ini telah mencetuskan pemberontakan rakyat terhadap keputusan Constantine XI yang dianggap telah berkhianat.

Awal pengepungan


Setelah proses persiapan yang teliti, Akhirnya pasukan yang dipimpin langsung Sultan Muhammad II sampai didekat Konstantinople pada hari Kamis tanggal 26 Rabiul Awwal 857 H (6 April 1453 M). bersama gurunya, syaikh Aaq Syamsudin, dan tangan kanannya, Halil Pasha dan Zaghanos Pasha, mereka merencanakan penyerangan ke Konstantinopel dari berbagai penjuru kota dengan berbekal 250.000 ribu pasukan, meriam dan 400 kapal perang. The same day the city was besieged from the Golden Horn to the Marmara Sea from the land.Dan pada hari yang sama seluruh kota telah terkepung mulai dari Golden Horn ke Laut Marmara dari tanah.

Kemudian Sultan bersama dengan para staf militernya menyusun strategi perang untuk menggempur benteng Konstantinopel; Pasukan infanteri (8), kavaleri (9), dan artileri (10) diperintahkan untuk mengambil posisinya masing-masing. Pasukan regular (11) dan beberapa regu khusus bersama dengan pasukan non-reguler mengemban tugas utama untuk mengepung benteng sekaligus menyerangnya. Ada juga pasukan yang disiapkan Sultan untuk menggempur benteng dari arah pintu Rumanus –sisi ini adalah daerah yang paling lemah pertahanannya-, kelompok ini bertugas membantu penyerangan pasukan utama sekaligus mendobrak benteng dari sisi ini. Armada laut Sultan juga tidak ketinggalan ambil bagian dari pengepungan ini; tiga ratus kapal perang -baik yang berukuran kecil hingga yang besar- juga turut mengepung Konstantinopel dari arah laut. Selain itu, Armada laut Sultan juga bertugas; mencegah bala bantuan yang mungkin datang dari arah laut menuju Konstantinopel, menyerang kapal-kapal musuh yang menjaga teluk, menghancurkan rantai besi yang diletakkan tentara Konstantinopel di teluk yang telah membuat kapal-kapal Sultan tidak bisa memasuki teluk karena terhalang olehnya.

Setelah semua pasukan mengambil posisinya, Sultan mengirim pesan kepada penguasa Konstantinopel agar mau menyerahkan kota secara baik-baik kepada kaum muslimin. Jika hal itu dilakukan, Sultan berjanji untuk memperlakukan masyarakat Konstantinopel dengan baik dan menjamin keselamatan jiwa, harta, serta kebebasan beragama mereka. Namun tawaran Sultan ini ditolak mentah-mentah oleh pemimpin Konstantinopel. Mereka merasa yakin akan kekuatan pertahanan benteng mereka serta bala bantuan dari para sekutu.(12)

Sulthan Muhammad berpidato di hadapan pasukan dengan berapi-api dan penuh semangat yang memicu pasukan untuk berjihad dan meminta kemenangan pada Allah SWT atau mati syahid. Dalam khutbahnya, Sulthan menjelaskan arti pengorbanan dan keikhlasan dalam berjihad tatkala berhadapan dengan musuh. Dia membacakan ayat-ayat Al-Qur’an yang berisi seruan Jihad, sebagaimana ia juga menyebutkan hadits-hadits Rasulullah yang mengabarkan tentang penaklukkan Konstantinopel dan keutamaan prajurit yang membukanya serta keutamaan pimpinan pasukannya. Dia menyebutkan, bahwa dengan dibukanya Konstantinopel berarti akan memuliakan nama Islam dan kaum Muslim. Pasukan Islam saat itu melakukan gempuran dengan membaca Laa Ilaaha Illallah dan Allahu Akbar sebelumnya Muhammad Al-Fatih memimpin do’a dengan khusyu’ kepada Allah SWT untuk kemenangan dia dan pasukannya dalam menaklukkan Konstantinopel.

Sulthan Muhammad II kemudian mengirim surat kepada Paleologus untuk masuk Islam, menyerahkan penguasaan kota secara damai atau memilih perang. Constantine Paleologus bertahan untuk tetap mempertahankan kota. Ia dibantu oleh Kardinal Isidor, Pangeran Orkhan dan Giovanni Giustiniani dari Genoa.

Gambaran benteng pertahanan.


Jika dilihat dari udara, benteng yang mengitari Konstantinopel memiliki bentuk seperti segitiga. Salah satu sisinya menghadap laut Marmaroh, sisi yang satunya lagi menghadap ke teluk, dan sisi yang terakhir menghadap ke daratan yang mengarah ke Eropa –di sisi inilah pasukan utama Sultan berada-. Benteng ini dikelilingi oleh parit selebar enam puluh kaki untuk merintangi gerakan musuh yang berusaha mendekat.

Benteng ini memiliki beberapa pintu, antara lain:


Pintu Adrenah

Pintu Midfa’ (disebut juga dengan nama pintu Rumanus)

Pintu Askariy

Untuk menerobos benteng ini, Sultan Muhammad al-Fatih membagi posisi pasukannya sebagai berikut:


Regu pertama:

Maymanah : Terdiri dari pasukan Anadhol yang dikomandoi oleh Ishaq Pasya dan Mahmud Bek. Pasukan ini mengambil posisi berhadapan dengan pintu Midfa’.

Regu kedua:

Maysaroh : Terdiri dari beberapa pasukan yang dipimpin Qurjah Pasya. Pasukan ini mengambil posisi yang berhadapan dengan pintu Adrenah.

Regu ketiga:

Qolb : terdiri dari pasukan utama dan pasukan pilihan yang dipimpin sendiri oleh Sultan Muhammad al-Fatih. Posisi pasukan ini berhadapan dengan pintu Midfa’. Dan di belakang posisi pasukan inilah Sultan mendirikan kemah yang berfungsi sebagai pusat komando jalannya pertempuran pasukan beliau. (13)


Kota dengan benteng tinggi 10-an meter tersebut memang sulit ditembus, selain itu di sisi luar benteng dilindungi oleh parit-parit dalam. Dari sebelah barat pasukan altileri harus membobol benteng setebal dua lapis sedangkan dari arah selatan laut Marmara, armada laut turki utsmani harus berhadapan dengan kapal perang Genoa pimpinan Giustiniani dan di arah timur selat sempit tanduk emas sudah dilindungi dengan rantai besar hingga kapal perang ukuran kecil pun tak bisa melewatinya.

Constantine XI Paleologus telah melakukan negosiasi dengan berbagai tawaran demi untuk menyelamatkan kedudukannya. Akan tetapi Sulthan muhammad II menolak semua tawaran itu justru sebaliknya ia memberi saran supaya Konstantinopel diserahkan kepada Daulah utsmani secara aman. Sultan Muhammad II berjanji, jika Konstantinopel diserahkan secara aman, tiada seorang pun yang akan diapa-apakan bahkan tidak ada gereja dan harta benda penduduk Konstantinopel yang akan dimusnahkan.

Antara isi kandungan ucapannya, “…serahkan kekaisaranmu, kota Konstantinopel. Aku bersumpah bahwa tentaraku tidak akan mengancam nyawa, harta dan kehormatan mereka. Mereka yang ingin terus tinggal dan hidup dengan amat sejahtera di Konstantinopel, bebas berbuat demikian. Dan siapa yang ingin meninggalkan kota ini dengan aman sejahtera juga dipersilakan“.


Keesokan harinya, Sultan Muhammad II telah menyusun dan membagi tentaranya menjadi tiga bagian. Pertama adalah gugus utama yang bertugas mengepung benteng yang mengelilingi Costantinopel. Di belakang kumpulan utama itu adalah tentara cadangan yang bertugas menyokong tentera utama. Meriam telah diarahkan ke pintu Topkapi. Pasukan pengawal juga diletakkan di beberapa kawasan strategis seperti kawasan-kawasan bukit di sekitar Kota Byzantine. Armada laut utsmani juga diletakkan di sekitar perairan yang mengelilingi Konstantinopel. Akan tetapi kapal-kapal tidak bisa memasuki perairan Tanduk Emas disebabkan rantai raksasa yang menghalanginya.

Semenjak hari pertama serangan, tentera Byzantine telah berusaha keras menghalangi tentara islam merapat ke pintu-pintu masuk kota mereka. Tetapi serangan tentera Islam telah berhasil mematahkan halangan itu, ditambah dengan serangan meriam dari berbagai sudut. Bunyi meriam saja telah menimbulkan rasa takut yang amat sangat kepada penduduk Costantinople sehingga menghilangkan semangat mereka untuk melawan.

Armada laut Utsmani telah mencoba beberapa kali untuk melepas rantai besi di Tanduk Emas. Dan pada saat yang sama, mengarahkan serangan ke kapal-kapal Byzantine dan Eropa yang tiba untuk menyerang. Namun usaha ini tidak berhasil, kegagalan armada turki memberikan semangat kepada tentara Costantinople untuk terus bertempur. Pada saat yang sama para pendeta berjalan di lorong-lorong kota, mengingatkan penduduk supaya banyak bersabar serta terus berdoa kepada Tuhan supaya menyelamatkan Kostantinopel. Constantine XI Paleologus juga sering bolak-balik ke Gereja Aya Sofya untuk tujuan yang sama.

Walaupun begitu, kepungan armada laut Sultan Muhammad II masih belum berhasil menerobos masuk disebabkan oleh rantai besi yang melindungi Tanduk Emas. Pada saat yang sama, para mujahidin tetap terus melancarkan serangan sehingga pada 18 April 1453M, pasukan penyerang berhasil meruntuhkan tembok konstantinopel di Lembah Lycos yang terletak di sebelah barat kota namun dengan cepat tentara constantine berhasil menumpuk reruntuhan sehingga benteng kembali tertutup.

Rantai yang menghalangi kapal masuk ke Teluk Golden Horn. (koleksi Museum Hagia Sophia)

Pada hari yang sama, beberapa buah kapal perang utsmani mencoba melewati rantai besi di Tanjung Emas. Akan tetapi, gabungan armada laut Byzantine dan Eropa berhasil menghalanginya bahkan banyak kapal perang utsmani yang karam oleh serangan armada laut eropa dan Byzantium.

Dua hari setelah serangan itu, terjadi sekali lagi perang laut antara kedua belah pihak. Sultan Muhammad II sendiri mengawasi pertempuran dari tepi pantai. Saat itu juga, Sultan menunggang kudanya sehingga ke tepi laut sambil berteriak dengan sekuat tenaga untuk memberikan semangat. Kesungguhan Sultan Muhammad II berhasil menaikkan semangat tentaranya. Namun, gabungan armada eropa dan konstantinopel berhasil mematahkan serangan mujahidin walaupun mereka bersungguh-sungguh melancarkan serangan demi serangan. Kegagalan tersebut menyebabkan Sultan mengganti Palta Oglu dengan Hamzah Pasha.

Kegagalan serangan tersebut telah memberikan kekhawatiran kepada tentara utsmani. Khalil Pasha yang merupakan wazir/menteri ketika itu mencoba membujuk Sultan supaya membatalkan serangan serta menerima saja perjanjian penduduk Costantinople untuk tunduk kepada Daulah Utsmani tanpa menaklukannya. Saran itu ditolak mentah-mentah oleh Sultan. Kini tinggal memikirkan cara supaya armada laut turki utsmani bisa melewati tanduk emas.

Rantai yang melindungi pintu masuk ke Teluk Golden Horn

Salah satu pertahanan yang agak lemah adalah melalui selat Golden Horn yang sudah dirantai. Sampai akhirnya sebuah ide yang terdengar bodoh dikemukakan namun akhirnya dilakukan. Ide tersebut adalah memindahkan kapal-kapal perang yang berada di perairan Selat Bosporus ditarik melalui darat untuk menghindari rantai penghalang. Hanya dalam semalam 70-an kapal bisa memasuki wilayah perairan Golden Horn (Tanduk Emas) melalui jalur darat yang memiliki perbukitan yang tinggi dan terjal. (dari yang saya pernah baca teknisi menggunakan lembu atau sapi, kuda-kuda untuk menarik kapal dan 2 buah gelondongan kayu yang diapit menjadi satu sehingga bagian bawah kapal yang lebih lancip bisa melewati celah antara gelondongan untuk mempermudahnya kayu-kayu diolesi minyak sehingga licin, susunan kayu-kayu itu membentuk jalur yang menghubungkan 2 laut yang berbeda). Pekerjaan demikian tentu sebuah pekerjaan yang berat dan besar bahkan dianggap sebagai “mukjizat” yang tampak dari sebuah kecepatan berfikir dan kecepatan aksi yang menunjukkan kecerdasan Muhammad Al-Fatih dan ketaatan serta keinginan kuat pasukannya saat itu. Orang-orang Byzantium pun kaget, tak seorangpun yang percaya atas apa yang telah terjadi.


Pada subuh pagi tanggal 22 April, penduduk kota yang lelap itu terbangun dengan suara pekik takbir tentara Islam yang menggema di perairan Tanduk Emas. Orang-orang di konstantinopel gempar, tak seorang pun yang percaya atas apa yang telah terjadi. Tidak ada yang dapat membayangkan bagaimana semua itu bisa terjadi hanya dalam semalam. Bahkan ada yang menyangka bahwa tentara sultan mendapat bantuan jin dan setan!!??…. Yilmaz Oztuna di dalam bukunya Osmanli Tarihi menceritakan salah seorang ahli sejarah tentang Byzantium mengatakan:

70 kapal di tarik melewati bukit di daerah Galata untuk masuk ke Teluk Golden Horn yang di hadang rantai.
“Kami tidak pernah melihat dan tidak pernah mendengar sebelumnya, sesuatu yang sangat luar biasa seperti ini. Muhammad Al-Fatih telah mengubah bumi menjadi lautan dan dia menyeberangkan kapal-kapalnya di puncak-puncak gunung sebagai pengganti gelombang-gelombang lautan. Sungguh kehebatannya jauh melebihi apa yang dilakukan oleh Alexander yang Agung,”

Sulthan Muhammad Al-Fatih mengejutkan musuhnya dari waktu ke waktu dengan seni serangan yang selalu berbeda dari segi perang dan pengepungan, seni perang yang dia lakukan merupakan inovasi baru yang belum pernah dikenal sebelumnya.

Dengan posisi tentara islam yang semakin kuat, Sultan Muhammad II melancarkan serangan besar-besaran ke benteng terakhir konstantinopel. Tembakan meriam yang telah mengkaramkan sebuah kapal dagang di Tanjung Emas, menyebabkan tentara Eropa yang lain lari ketakutan. Mereka telah meninggalkan pertempuran melalui kota Galata. Semenjak keberhasilan kapal mujahidin memasuki perairan Tanjung Emas, serangan dilancarkan siang dan malam tanpa henti.

Takbir “Allahu Akbar, Allahu Akbar!” yang menggema di segala penjuru Costantinople telah memberikan serangan psikologis kepada penduduk kota itu. Semangat mereka terus luntur dengan ancaman demi ancaman dari pekikan takbir mujahiddin. Ketika ribut yang belum juga reda, penduduk Costantinople menyadari bahwa tentara Islam telah membuat terowongan untuk masuk ke dalam pusat kota. Ketakutan melanda penduduk sehingga mereka curiga dengan bunyi tapak kaki sendiri. Kalau-kalau tentara ‘turki’ keluar dari dalam bumi !!































Sultan Muhammad II yakin bahwa kemenangan semakin tiba, mendorong beliau untuk terus berusaha agar Constantine XI Paleologus menyerah kalah tanpa terus membiarkan kota itu musnah akibat gempuran meriam. Sekali lagi Sultan mengirim utusan Ismail Isfendiyar Beyoglu untuk meminta Constantine XI Paleologus agar menyerahkan Costantinople secara aman. Costantine telah berunding dengan para menterinya. Ada yang menyarankan supaya mereka menyerah kalah dan ada pula yang ingin bertahan sampai akhir. Costantine akhirnya setuju dengan pandangan kedua lantas mengirimkan balasan,

“… syukur kepada Tuhan karena Sultan memberikan keamanan dan bersedia menerima pembayaran jizyah. Akan tetapi Costantine bersumpah untuk terus bertahan hingga ke akhir hayatnya demi takhta… atau mati dan dikuburkan di kota ini!”.

Pada 27 Mei 1453, Sultan Muhammad II bersama tentaranya meluruskan niat dan membersihkan diri di hadapan Allah SWT. Mereka membanyakkan solat, doa dan zikir dengan harapan Allah SWT akan memudahkan kemenangan. Para ulama pula memeriksa barisan tentara sambil memberi semangat kepada para mujahidin. Mereka diingatkan tentang kelebihan jihad dan syahid serta kemuliaan para syuhada’ terdahulu khususnya Abu Ayyub Al-Ansari RA.

“…sesungguhnya apabila Rasulullah SAW tiba di Madinah ketika kemenangan hijrah, baginda telah pergi ke rumah Abu Ayyub Al-Ansari. Sesungguhnya Abu Ayyub telah pun datang (ke Costantinople) dan berada di sini!” Kata-kata inilah yang membakar semangat tentara islam hingga ke puncaknya.

Pada saat yang sama, penduduk Costantinopel berdoa di rumah dan gereja-gereja mereka dengan khidmat berharap Tuhan menolong mereka……

Tepat jam 1 pagi hari Selasa, 20 Jamadil Awal 857 H / 29 Mei 1453 M, serangan umum dilancarkan. Sulthan Muhammad Al-Fatih sebelum penyerangan umum sulthan memberikan pidato kepada tentara Islam

“Jika penaklukan kota Konstantinopel sukses, maka sabda Rasulullah SAW telah menjadi kenyataan dan salah satu dari mukjizatnya telah terbukti, maka kita akan mendapatkan bagian dari apa yang telah menjadi janji dari hadits ini, yang berupa kemuliaan dan penghargaan. Oleh karena itu, sampaikanlah pada para pasukan satu persatu, bahwa kemenangan besar yang akan kita capai ini, akan menambah ketinggian dan kemuliaan Islam. Untuk itu, wajib bagi setiap pasukan, menjadikan syariat selalu didepan matanya dan jangan sampai ada diantara mereka yang melanggar syariat yang mulia ini. Hendaknya mereka tidak mengusik tempat-tempat peribadatan dan gereja-gereja. Hendaknya mereka jangan mengganggu para pendeta dan orang-orang lemah tak berdaya yang tidak ikut terjun dalam pertempuran.”

Diiringi hujan panah, tentara turki islam maju dalam tiga lapis pasukan, irregular army (tentara biasa) di lapis pertama, Anatolian Army di lapis kedua dan terakhir pasukan khusus Yanissari. Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil menyerang kota. Penduduk Costantinople telah berada di puncak ketakutan mereka pagi itu. Mujahidin yang memang menginginkan mati syahid, begitu berani maju menyerbu tentara konstantinopel.




Tentara islam akhirnya berhasil menembus kota Costantinople melalui Pintu Edirne dan mereka telah berhasil mengibarkan bendera Daulah utsmani di puncak kota. Adalah seorang tentara muda bernama Ulubatli Hasan yang pertama menancapkan bendera Daulah Usmani pada tanah Byzantine. Constantine XI Paleologus yang melihat kejadian itu melepas baju perang kerajaannya dan maju bertempur bersama pasukannya hingga menjadi martir dan tak pernah ditemukan jasadnya. Giustiniani sendiri melarikan diri meninggalkan kota dengan pasukan Genoa-nya. Kardinal Isidor sendiri lolos dengan menyamar sebagai budak melalui Galata, dan Pangeran Orkhan gugur di peperangan.

Berita kematian Costantine telah menaikkan lagi semangat tentara Islam untuk terus menyerang. Namun sebaliknya, bagaikan pohon tercabut akar, tentara konstantinopel menjadi tercerai berai mendengar berita kematian Rajanya.

Tepat pada hari Selasa siang tanggal 20 Jumadil Awal 857 H bertepatan tanggal 29 Mei 1453 M, Konstantinopel jatuh dan berhasil ditaklukan oleh para mujahiddin, Sulthan Muhammad Al-fatih kemudian dia turun dari kudanya dan memberi penghargaan pada pasukan dengan ucapannya “MasyaAllah, kalian telah menjadi orang-orang yang mampu menaklukkan konstantinopel yang telah Rasulullah kabarkan.” baru kemudian beliau sujud kepada Allah SWT di atas tanah, sebagai ungkapan syukur dan pujian serta bentuk kerendahan diri dihadapan-Nya.

Sultan Muhammad II saat memasuki gerbang kota usai penaklukan.

Pada hari itu, mayoritas penduduk Costantinople bersembunyi di gereja-gereja sekitar kota. Sultan Muhammad II berpesan kepada tentaranya supaya berbuat baik kepada penduduk Costantinople. Beliau kemudian menuju ke Gereja Aya Sofya yang ketika itu menjadi tempat perlindungan sejumlah besar penduduk kota. Ketakutan jelas terbayang di wajah masing-masing penduduk ketika beliau menghampiri pintu gereja. Salah seorang pendeta telah membuka pintu gereja, dan Sultan meminta beliau supaya menenangkan penduduk.

Hagia Sophia

Selepas itu, Sultan Muhammad II meminta supaya gereja berkenan ditukar menjadi masjid. Agar hari Jumat pertama nanti bisa dikerjakan sholat jumat. Sementara gereja lainnya tetap seperti biasa. Para pekerja bertugas menanggalkan salib, patung dan menutupi gambar-gambar untuk tujuan sholat. Pada hari Jumat itu, Sultan Muhammad II bersama para muslimin telah mendirikan sholat Jumat di Masjid Aya Sofya. Khutbah yang pertama di Aya Sofya itu disampaikan oleh Asy-Syeikh Ak Semsettin. Nama Costantinople kemudiannya diganti “Islam Bol / Islambul”, yang berarti “Kota Islam” dan kemudian dijadikan sebagai ibu kota ketiga Khilafah Othmaniyyah setelah Bursa dan Edirne.

Atas jasanya Sultan Muhammad II diberi gelar Al-Fatih (pembebas), sehingga beliau sering dipanggil Sultan Muhammad Al-Fatih. Pertempuran merebutkan kota konstantinopel berlangsung dari tanggal 6 april s/d 29 mei 1453, atau hampir 2 bulan lamanya.

Konsekuensi Penaklukan

Dari penaklukan ini masyarakat kristiani Konstantinopel dan muslim disatukan dalam suatu Daulah/negara Islam yang tidak ada perlakuan diskriminatif sekecil pun. Masing-masing warga mendapatkan hak dan keadilan termasuk perlindungan dari gangguan keamanan serta kebebasan menjalankan ibadahnya sesuai syariat yang dijalankan Khalifah.

Bagi Daulah Utsmani, Konstantinopel merupakan suatu stasiun perbatasan untuk melakukan kampanye jihad ofensif lebih lanjut untuk menembus Eropa agar Islam sebagai rahmatan lilallamin tersebar diseluruh bumi Allah SWT.

Setelah penaklukan banyak seniman dan para filusuf Konstantinopel yang hijrah ke pusat Eropa terutama Roma. Dengan mengambil dan membawa manuskrip-manuskrip penting tentang perkembangan intelektual. Kaum terpelajar ini memainkan peranan penting dalam gerakan untuk menghidupkan kembali dan merevisi budaya klasik Yunani. Dari penyatuan kedua golongan inilah lahir masa Renaissans Eropa. Hingga merembet ke masa Revolusi Yunani, Revolusi Industri di Inggris.

Hikmah

Dari sejarah ini hendaknya kita kaum muslim selalu berpegang teguh kepada syariah. Hukum Allah yang kekal sepanjang masa dan applicable dalam segala sendi kehidupan. Serta sekali-kali jangan melupakan sejarah. Penaklukan Konstantinopel karena bersatunya umat islam dalam satu kepemimpinan seorang khilafah. Maka amatlah perlu bagi kita umat islam sekarang untuk memiliki pemimpin dan semoga khilafah islamiyah akan segera tegak kembali. Seperti janji dari Hadis Rasulullah SAW berikut:

“Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian, atas izin Allah ia tetap ada. Kemudian Ia akan mengangkatnya jika Ia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Kemudian Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) yang zalim, ia juga ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Kemudian Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) diktator yang menyengsarakan, ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap ada. Kemudian akan ada khilafah yang mengikuti manhaj kenabian; kemudian beliau diam.” (HR. Ahmad dan al-Bazar).



 Footnote:

(1) Lihat: Dalaa’il Nubuwwah, karya Syeikhul Islam Ibnu Taymiyyah hal 46.
(2) Lihat: As-Sulthon Muhammad al-Fatih, karya Dr. Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi, hal 43 dan Mehmed II di www.Wikipedia.com
(3) Periksa: As-Sulthon Muhammad al-Fatih, karya Dr. Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi
(4) Lihat: Mehmed II di www.Wikipedia.com
(5) Lihat: Shuwar Min hayatis Shohabah, karya Dr. Abdur Rahman Raf’at Pasya hal 73.
(6) Periksa: Sulthan Muhammad al-Fatih, karya Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi dan Mehmed II di www.Wikipedia.com.
(7) Lihat: As-Sulthon Muhammad al-Fatih, karya Dr. Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi hal 82-83.
(8) Pasukan infanteri adalah istilah militer untuk pasukan yang berjalan kaki.
(9) Pasukan kavaleri adalah pasukan yang mobilisasinya menggunakan kendaraan. Pada zaman dahulu, yang dimaksud dengan pasukan kavaleri adalah pasukan yang mengendarai kuda.
(10) Pasukan artileri adalah pasukan yang bertugas mengoperasikan meriam.
(11) Pasukan regular adalah pasukan yang berdinas tetap sebagai tentara.
(12) Lihat: As-Sulthon Muhammad al-Fatih, karya Dr. Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi dan Mehmed II di www.Wikipedia.com
(13) Lihat: As-Sulthon Muhammad al-Fatih, karya Dr. Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi, hal 86-90

Tag : islam, motivasi
0 Komentar untuk "Penaklukan Konstantinopel Oleh Muhammad Al-Fatih (1453 M) "

Back To Top